Sekolah Jenjang Atas Terapkan Tes Potensi Akademik: Cara Baru Deteksi Bakat dan Seleksi Siswa Unggul
Cara Baru Deteksi Bakat dan Seleksi Siswa Unggul dengan Tes Potensi Akademik
SMA, SMK, dan MA mulai melaksanakan TPA sebagai syarat masuk dan pemetaan potensi siswa. Inilah fakta, tantangan, dan harapan dari pelaksanaannya.
Pelaksanaan Tes Potensi Akademik (TPA) kini mulai menjadi standar baru dalam proses seleksi siswa di berbagai jenjang pendidikan menengah atas, seperti SMA, SMK, dan MA di sejumlah daerah Indonesia. Salah satu daerah yang telah mengimplementasikan secara luas adalah Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya dalam Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (SPMB) tahun ajaran 2025/2026.
Lebih dari 189 ribu siswa mengikuti TPA yang diselenggarakan secara daring pada 15 hingga 19 Mei 2025. Tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan dasar siswa dalam bidang logika, numerik, dan penalaran verbal, serta sebagai instrumen pemetaan potensi dan penjurusan yang lebih akurat.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Iqbal Nadjamuddin, TPA tidak hanya digunakan untuk seleksi, tetapi juga sebagai data awal dalam pengembangan strategi pembelajaran berbasis diferensiasi. "Kami ingin memastikan bahwa setiap siswa belajar sesuai kapasitas dan gaya belajarnya. TPA membantu kami memetakan itu lebih awal," ujarnya.
Tantangan dan Masalah Teknis
Meskipun secara konsep disambut baik, pelaksanaan TPA daring sempat mengalami kendala teknis. Pada hari pertama, sistem server sempat mengalami overload, menyebabkan beberapa peserta harus mengikuti tes ulang di hari berikutnya. Selain itu, tercatat sekitar 300 siswa mendapatkan nilai nol karena gagal logout atau data jawaban tidak terkirim sempurna ke sistem pusat.
Kasus ini menimbulkan kekhawatiran orang tua dan pengamat pendidikan. Ombudsman RI Perwakilan Sulsel pun turun tangan menyoroti potensi maladministrasi, terutama karena adanya perubahan aturan penilaian yang menjadikan hasil TPA sebagai komponen utama, melampaui jarak domisili dan nilai rapor.
Untuk info lebih lengkap tentang penerapan serupa, baca juga penggunaan TPA di sekolah jenjang atas dan dampaknya terhadap seleksi siswa.
Manfaat TPA bagi Pendidikan Sekolah Menengah:
- Seleksi berbasis potensi, bukan hanya nilai akademik.
- Deteksi dini untuk penjurusan yang lebih tepat di SMA/SMK/MA.
- Mendukung prinsip Kurikulum Merdeka dalam personalisasi pembelajaran.
- Menjadi alat bantu konseling dan pengembangan bakat siswa.
Siswa yang ingin mengukur kemampuan mereka dapat mencoba latihan TPA interaktif semua mapel secara gratis untuk mengetahui gambaran soal dan melatih diri sebelum seleksi.
Rencana ke Depan:
Sejumlah daerah kini mempertimbangkan adopsi sistem TPA secara nasional, dengan penguatan infrastruktur digital dan standar tes nasional. TPA juga akan dikaji untuk digunakan sebagai bagian dari asesmen awal siswa baru, bukan hanya untuk seleksi.
“Kami menilai TPA adalah masa depan pendidikan berbasis data. Namun harus dilakukan dengan adil, transparan, dan berbasis kesiapan sistem,” ujar Ismu Iskandar, Kepala Ombudsman Sulsel.
Menariknya, TPA kini juga mulai diterapkan di jalur masuk kuliah yang menggunakan tes potensi , seperti SNBT dan UM-PTKIN, yang menjadikan TPA sebagai indikator kemampuan akademik murni tanpa pengaruh nilai rapor.
Tes Potensi Akademik SMA SMK MA, TPA PPDB 2025, Seleksi Siswa SMA Berdasarkan TPA, Kurikulum Merdeka dan TPA, Pendidikan Berbasis Potensi, Masalah TPA di Sulsel, Evaluasi SPMB SMA
Komentar
Posting Komentar